Pengintip

Kamis, 11 Agustus 2011

ketika aku di atas awan

Beberapa waktu lalu aku bersama teman-temanku pergi bermain.
Kami pergi bermain untuk mengintip bagian lain dari benua Asia.
Demi melihat sang mata yang akan tenggelam di ujung sana, Aku pun berebutan untuk duduk di samping jendela.
Rasanya saat itu aku sangat bahagia, seperti seorang bocah yang akan pergi ke sekolah untuk ikut tahun ajaran baru.
Kebahagiaan meluap sehingga bibir ini selalu tersenyum dan tertawa.
Berada di atas awan bersama pesawat udara melintasi negara tetangga dan samudra.
Sayang, bukan langit biru dan awan putih yang kutemui saat itu.
Hanya awan hitam kelam yang terbalut oleh suasana malam.
Rasanya hanya langit-langit pesawat yang membatasiku dengan Tuhan.
Aku pun berkata kepada temanku:
"Hei, sekarang kita ini sedang berada di atas awan. Ayo kita berdoa! Kayaknya kalau kita berdoa saat ini pasti Tuhan langsung mendengar kita. Kita kan paling tinggi diantara yang lain, pasti doa kita paling cepat di dengar. Tidak ada hambatan."
Saat itu temanku hanya tertawa, mungkin menganggapku aneh.
Tapi aku sungguh-sungguh berkata demikian.
Aku berdo'a dengan sepenuh dan setulus hati, karena entah mengapa aku sangat yakin saat itu pasti do'aku akan dikabulkan.

Aku berdo'a kepada Tuhan untuk seseorang yang saat ini sudah berada di atas sana.



hihihihi

Aku jadi ingin naik pesawat lagi.