Pengintip

Minggu, 17 April 2011

Aku Takut Aku Lupa

Malam itu aku sedang tertidur pulas, aku mendengar kakakku dan mamahku yang meributkan sesuatu. Mamahku menangis, Aku pun terbangun untuk melihat apa yang sedang terjadi. Aku buka pintu kamarku dan berjalan menuju kamar mamahku. Aku melihat dirinya sedang tersungkur di lantai, mengoceh tak menentu.

Itu adalah awal mulanya sebuah cerita sakitnya ayahku. Kalau aku tidak salah kejadiannya 8 tahun yang lalu ketika aku sedang duduk di bangku SMA kelas 2. Ayahku terkena penyakit stroke yang menyebabkan suatu pendarahan di kepalanya dan melumpuhkan kaki serta tangan bagian kanannya.

Aku masih ingat seluruh ucapannya yang meracau, aku menemaninya di dalam ambulance yang membawanya pergi ke Rumah Sakit Boromeus. Di dalam sana ia terus meracau dan meracau, aku hanya bisa menangis dan berkata, "Pah,, tenang yah pah.. ini kita di dalam ambulance mau ke rumah sakit."

Ayahku berada di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Keadaannya sempat kritis dan tubuhnyanya pun dipenuhi oleh selang untuk membantunya bernafas. Aku saat itu masih berumur 16 tahun belum bisa berpikir secara dewasa hanya bisa menangis dan menangis. Suatu hari aku dihubungi untuk segera ke rumah sakit. Setibanya di sana banyak orang menatapku dan mengatakan kepadaku untuk ikhlas dan sabar. Aku mempercepat langkahku menuju ruangan ICCU, aku melihat mamahku sedang menangis di samping papahku.

"Pah,,,?"
"Ade udah dateng?"
"iya.. Pah"
"Ade harus belajar yang rajin yah,, jangan suka bertengkar sama aa. harus dengerin kata-katanya mamah, aa, dan om tedy"
"Iya Pah,, Papah cepet sembuh dong jangan tinggalin ade. Papah berdoa"
"Iya, ade bantu papah berdoa yah.. gimana tuh de doanya yang Bapak kami dalam surga?"
(aku hanya terdiam dan menangis. mungkin papahku lupa Ia sudah pindah agama)
"Papah jangan yang itu doanya, yuk baca Al-Fatihah ikutin ade yah..."

Aku pun menuntunnya untuk membaca doa pembuka di Ayat suci Al-Qur'an tersebut. Selesai membacakan doa aku pun diantar pulang dan keadaanku saat itu kacau balau. Ketika aku bertemu kembali dengannya, aku tersenyum. Ternyata keadaan papahku sudah membaik, aku tidak lagi melihat selang-selang pernafasan di tubuhnya.

Papahku kembali ke rumah. Papahku yang sudah tidak seperti dulu lagi. Papahku yang kondisinya lumpuh dan lemah tidak berdaya. Kami sekeluarga pun merawatnya. Saat itu dengan keegoisan aku yang berumur 16 tahun aku hanya berpikir bahwa kehidupanku telah berubah, aku sudah tidak bisa mendapatkan servis seorang ayah sejak saat itu.

Umurku segera beranjak menjadi 17 tahun, aku ingat aku merengek ingin dibuatkan sebuah pesta. Aku merengek dan merengek kepada mamahku, tapi mamahku tidak mau membuatkan sebuah pesta. Aku marah, sangat marah dalam hatiku pun aku menyalahkan keadaan papahku. Bisa dibayangkan hal itu? keegoisan seorang anak ingusan kepada orang tuanya. Tapi apa yang terjadi? pesta tetap berlangsung, dipilih sebuah hotel yang memudahkan papahku untuk ikut hadir dalam pesta.

Aku ingat saat itu saat membacakan doa. Papahku menangis saat itu, aku melihatnya. Aku pun meneteskan air mata, begitu pula dengan kakakku. Aku merasa sebuah kesedihan seorang ayah yang menghadiri pesta ulang tahun ke-17 anak kesayangannya, dengan keadaan yang tidak seperti dulu lagi.

Aku bisa dibilang adalah anak kesayangan papahku. Papahku itu akan melakukan apa saja untuk aku. Barang yang aku minta pasti dibeliin, aku mau pergi pasti diantar dan dijemput, dan aku mau sekolah pasti dia mengusahakan agar aku bisa masuk sekolah pilihanku. Aku terlalu dimanja olehnya sehingga aku kesal ketika aku tidak bisa mendapatkan kemanjaan itu lagi. Tapi papahku itu memang terlalu sayang kepadaku, sehingga diwaktu Ia sudah tidak sehat seperti dulu, dia akan tetap berusaha untuk membuat aku bahagia dengan caranya.

Ketika aku baru masuk kuliah di fikom ingin rasanya aku punya kamera SLR. Aku mengatakan keinginan tersebut kepada ayahku, dalam waktu 2 minggu kamera pun sudah aku dapatkan. Ketika aku ingin punya handphone baru, selang berapa hari kemudian handphone baru pun aku dapatkan, apa yang aku minta pasti akan selalu dikabulkan olehnya. AKU TERLALU EGOIS!!! AKU SANGAT EGOIS!!! sebenarnya anak macam apa aku, dengan kondisi papah yang seperti itu masih menuntut ini dan itu.

Bahkan pernah suatu hari aku sedang berlibur di jakarta. Karena kelalaianku aku menghilangkan dompetku. Semua uangku hilang saat itu tidak ada sepeser pun. Aku menelepon ayahku dan mengatakan dompetku hilang dan aku ingin pulang. Selang beberapa waktu kemudian papahku datang ke Jakarta menjemputku bersama seorang supir. Begitu pula ketika aku pergi KKN, dengan membawa 40 kotak kueh untukku dan teman-temanku ia menempuh jarak ratusan kilometer dan berjam-jam di dalam mobil menuju Jampang Kulon. Setibanya di sana, ia hanya duduk di dalam mobil dan menyapa teman-temanku lalu kembali lagi ke Bandung.

Tahun demi tahun pun berlalu. Papahku semakin tua dan semakin buruk kondisinya. Suatu hari ayahku tidak bisa dihubungi. AKu menyuruh supir pribadi yang setia kepadanya untuk datang ke rumah melihat apa yang sedang terjadi. Tapi papahku yang saat itu masih bisa berjalan dengan menggunakan tongkat, tidak kunjung membuka pintu. SUNGGUH EGOISNYA aku tidak cepat-cepat pulang ke rumah, aku malah tertawa riang dengan teman-temanku. Setibanya aku di rumah, aku mendapatkan papahku yang terjatuh di dalam kamar mandi. Ia sudah berada di sana selama kurang lebih 10 jam dan menggigil. Aku segera menolongnya dan menelepon ibuku lalu membawanya menuju rumah sakit terdekat. Saat itu aku menangis menjadi-jadi seorang diri, tak mau papahku melihat aku yang menangis. Hujan turun sangat deras malam itu. Tapi papahku tetap tersenyum dan berkata "ade dari mana barusan?"

Kejadian lainnya adalah ketika kaki papahku yang selalu bengkak. Bengkaknya menjadikan ia susah berjalan dan menaikkan kaki ke atas kasur. tapi EGOISNYA aku, aku suka malas untuk membantunya menaikkan kaki. Dan sering sekali aku kesal jika papah menyuruh aku. TOLOLNYA aku BODOHNYA aku, kenapa aku harus seperti itu dengan keadaan papahku yang seperti itu. Suatu malam ia meneleponku berpuluh-puluh kali tapi aku terlalu lelah untuk menggubrisnya karena aku sedang sakit. Tapi lama kelamaan aku pun mengangkatnya, dan dia meminta tolong kepadaku. Aku turun dari kamarku menuju kamarnya di lantai bawah. Aku melihat dirinya yang tidak berdaya sedang kesakitan. aku panik saat itu, aku sendirian di rumah karena ibuku sedang dinas ke luar kota. TUbuhku gemetar, pikiranku buntu, aku tak tahu harus bagaimana. Aku membantu papahku untuk tidur tapi dia sangat gelisah. Aku menghubungi kakak dan ibuku terus menerus untuk segera pulang.
Aku seperti orang bodoh yang tidak bisa mikir. Aku malah menulis status di YM "Ya Allah berikanlah selalu yang terbaik untuk ayahku". Salah satu temanku yang membaca status aku langsung menghubungiku dan bertanya apa yang telah terjadi. Aku menjelaskan kondisi yang sedang aku hadapi dan kesulitan aku berpikir untuk bertindak, Temanku itu pun menawarkan untuk mendatangiku tapi aku tolak, karena aku tidak mau melibatkannya dengan kondisi saat itu. Dia pun akhirnya memandu aku untuk melakukan beberapa hal seperti segera membawa papahku menuju rumah sakit, mengingat mamah dan kakakku sudah berangkat menuju Bandung.

Hari demi hari keadaan papahku tidak pernah membaik. bahkan ketika ada yang bertanya tentang keadaannya aku pun bingung harus menjawab apa. Papahku semakin renta dan tidak berdaya. Anehnya selalu saja ada tingkah lakunya yang membuah aku kesal. Bahkan dia melakukan tindakan-tindakan yang merugikan untuk dirinya sendiri yang ternyata pada akhirnya membuatnya tidak tenang. Terkadang aku dan mamahku ingin sekali menyerah, tapi aku tidak mau selama aku mampu aku ingin mengurus papahku.

Kesabaranku pun suatu hari habis. aku seperti bom atom yang meledak ketika menghadapi papahku yang pada kenyataannya saat itu tidak berdaya. Aku marah seperti orang gila, tidak mengenal perasaan papahku aku marah menjadi-jadi. AKu kesal. itu lah brengseknya aku egoisnya aku, menyebalkannya aku. papahku mungkin menangis dan merasa sedih melihat anak kesayangannya seperti itu. tapi papahku tetap papahku keesokkan harinya ia meneleponku dan bertanya "ade ada dimana? hati-hati yah,, cepat pulang".

Aku pun pulang saat itu, menatap papahku yang sedang terduduk lunglai menatap jendela.
"Pah"
"Eh ade udah pulang"
"Iya,,"
"De, ada biskuit ga? papah lapar"
"Ih papah makan melulu deh, tunggu ade ambilin"

Hari itu adalah hari dimana aku melakukan pembicaraan dengan dirinya cukup lama. Aku duduk di sampingnya menatap televisi dan menangis. Entah mengapa saat itu aku sedih sekali melihatnya. Aku merasakan sebuah kesepian dan lara dari dalam dirinya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah aku anak yang tidak berguna ini.

Tiga bulan terakhir ini keadaan papahku semakin parah. Ia sudah sulit untuk berjalan, sehingga hanya menghabiskan hari-harinya di dalam kamar. Kalau mau keluar kamar harus dibantu berdiri dan didudukan di kursi roda. Aku ingat hari-hari dimana aku berusaha sekuat tenaga menggotongnya seorang diri untuk ke kursi roda, membawanya ke taman belakan dan mencukur rambutnya. Saat itu ia tidak percaya aku bisa memotong rambutnya dan tertawa. Setelah itu aku pun memandikannya.
Dua bulan terakhir dia sudah sulit untuk beranjak dari kasur. Papah hanya mampu tidur dan duduk saja. Nafsu makannya pun berkurang, Tidak lama papahku sudah sulit untuk duduk, sehingga harus selalu dibantu segala sesuatunya. Aku melihat dirinya yang sungguh tersiksa, tapi aku memang bukan anak yang baik yang tidak bisa bahkan tidak mau membantunya.

Beberapa hari yang lalu papahku hanya bisa tidur saja. Aku sadar kondisinya yang memburuk, aku pun selalu bertanya tentang keadaannya tapi ia pun selalu berkata tidak apa-apa hanya minta dibuatkan oat meal. Aku menawarkan bantuan untuk duduk tapi ia menolaknya, karena ia merasa dirinya berat dan aku akan kesusahan.

Tiba hari itu, hari kamis tanggal 14 April 2011. Aku merencanakan perjalanan menuju jogja dengan temanku. tapi entah mengapa saat itu aku malas pergi dan ibuku pun tidak memberikan ijin kepadaku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak pergi, menukarnya dengan pergi ke gede bage dan nonton film di bioskop.
Aku masuk ke dalam kamar papahku, melihatnya sedang tertidur dan aku pun membangunkannya.
"Pah..."
"Ya de,,,"
"Apa yang papah rasain hari ini?"
"baik-baik aja de,, cuman tadi papah makannya sedikit. mau muntah"
"oia, trs udah muntah?"
"Udah tadi sedikit.."
"papah ko tidur terus sih?"
"iya.. papah ngantuk"
"ade pergi dulu ya pah"
"ade mau pergi ke luar kota yah?"
"engga ko pah, cuman mau ke gede bage"
"oia hati-hati yah,, mamah udah pulang belum"
"belum mamah masih di kantor"
"mamah ke luar kota?"
"engga, mamah di kantor.. ade pergi ya pah.. kalau ada apa-apa papah langsung telepon ade aja"
"iya, hati-hati"

Aku pun pergi, tapi entah mengapa aku rasanya berat hati untuk pergi saat itu.

Aku pun smsan dengan temanku yang mengajak pergi ke jogja. aku bilang kepadanya aku ingin pergi tapi aku ga bisa. temanku bilang kalau hujan tidak berhenti, ia akan pegi besok paginya. AKu pun tergiur oleh ajakannya dan setuju kalau dia pergi pagi aku akan ikut berangkat.

Sepulangnya ke rumah, aku segera menghampiri papahku. Ia tertidur saat itu. Yang biasanya aku selalu membangunkannya, malam itu aku enggan membangunkannya. Karena aku melihatnya ia sedang nyenyak tertidur. Entah mengapa aku selalu bulak balik ke kamar papahku untuk melihatnya. tapi aku hanya mendapatkan ia sedang tertidur dan bernafas. Akhirnya aku memutuskan untuk segera tidur agar bisa berangkat ke jogja pagi-pagi dengan temanku. Sebelum tidur aku masih bisa mendengar suara papahku yang sedang tertidur, dan aku pun memasang alarm aagar bisa bangun pukul 4. dan aku pun tertidur.

Pukul 4 tanggal 15 April 2011 aku bangun. Saat itu aku terdiam dan hanya memikirkan papah. Benakku dipenuhi oleh papah dan kain kavan, entah mengapa. Aku segera turun dan masuk ke dalam kamar papahku. Aku melihatnya saat itu. Matanya tertutup, mulutnya tertutup, perutnya tidak bergerak seperti biasanya ketika ia sedang bernafas. Aku hanya diam,  diam dan diam.

Saat itu aku hanya berpikir papah tidurnya pulas sekali. aku pun melangkah masuk untuk memandangnya, lagi-lagi aku diam. Aku pergi mengambil termos untuk memasak air, untuk air minum papahku. menunggu air matang, aku kembali lagi melihat papahku yang terdiam disana, aku melihatnya dan aku hanya diam. Air matang aku pun memasukkannya ke termos, dan mengambil gelas untuk papahku. Aku kembali ke kamarnya dan menaruh di meja dengan kasar dengan harapan papah bangun untuk melihatku yang ceroboh. Tapi papah hanya diam dan aku pun diam.

Aku hanya berpikir papah lagi tidur pulas. Aku pun pergi mandi, di kamar mandi aku banyak berpikir dalam diam. Sehabis berganti pakaian aku kembali ke kamar papah dan memandangnya, tapi kali ini aku tidak diam.
"pah.."
tidak ada jawaban
"pah.."
lagi-lagi tidak ada jawaban
aku tepuk kakinya "paah,,,"
tidak kunjung menjawab.
aku melangkah mendekatinya, ku pegang tangannya, dan tangannya pun dingin.

Aku gemetar dalam diam, aku memanggil mamahku. Kami berlari kembali ke dalam kamar papahku dan masih mencoba membangunkannya, tapi papahku tidak kunjung bangun hanya terdiam dan dingin.

Papah meninggal dengan tenang di dalam tidurnya. Aku melihat papah tertidur pulas tidak merasakan kesakitan seperti malam-malam yang lalu. Papah pergi menunggu aku tertidur terlebih dahulu, karena papah mungkin tidak ingin pergi ketika aku masih terjaga karena mungkin papah akan tau aku pasti ketakutan.

Aku ikhlas, sungguh aku ikhlas. Karena aku tahu ini adalah yang terbaik untuk papah. Papah tidak merasa tersiksa dan kesakitan lagi. Aku tahu papah sekarang lebih tenang dan aku tahu dengan doaku dari sini papah pasti bahagia di sana. Aku selama ini sayang sama papah, selalu ku sayang papah. Aku menyesal sangat menyesal tidak sempat meminta maaf sama papah, tapi aku yakin papah udah maafin aku. Aku tegar disini, aku tabah,, jadi aku tahu papah tenang disana ga sakit, ga kedinginan dan papah juga ga lapar. Papah pergi hari jumat yang kayanya adalah hari baik, banyak yang berdoa untuk papah hari itu. AKu tahu papah selalu ada di sini, di hati aku, untuk selalu memanjakan aku.

maaf pah,, selama ini papah mungkin ga pernah tau kalo aku sayang papah karena aku ga pernah bilang. Aku sayang sama papah, apa pun kata orang, apa punn yang terjadi, papah tetap papah aku yang terbaik.

6 komentar:

  1. Hugssssss melisssaaaaa! Ya sih km kadang mungkin egois ky yg kamu blg di atas, tapi yang bagus-bagusnya juga banyak kok ca, kl denger cerita2 kamu. Untung kamu udah wisuda yah, i think he's really proud of you. Papah km juga pasti tau kok kamu sayang banget sama dia, orang yang paling tau kamu itu gimana ya pasti bapak kamu. Semangaattt yaaa melissaaaaa :)

    BalasHapus
  2. Mel, semangat yah.. Semangat terus.. Papah kamu sayangnya ga bisa dihitung :) semangat terus.

    BalasHapus
  3. Melissa.. Aku terharu sekali baca ini..
    Ak mungkin ga bisa setegar km mel..
    *kiss

    BalasHapus
  4. melissa,... huuuu aq adalah ratu ubur2,... :D
    ayo mellll,... qt nyanyi belah duren,..

    BalasHapus
  5. Semoga Papah skrg lg tersenyum melihat Mel dari surga :)

    BalasHapus