Pengintip

Sabtu, 31 Desember 2011

langkahku di 2011

Januari
menyisingkan lengan baju, mengikat tali semangat di kepala, berjuang sepenuh jiwa menyelesaikan skripsi demi bisa lulus bareng sama pangeran impian. Hahaha konyol memang, tapi memang itu alasannya. aku pingin banget tau nama si pangeran impian yang hanya bisa aku liat dari jauh, dan cari-cari perhatian dengan bolak balik dari perpustakaan ke mushola jurusan jurnalistik. Hanya butuh satu minggu untuk menyelesaikan bab 3, 4, dan 5 demi yudisium di akhir januari. Banyak banget rasanya orang yang berjasa dalam hidupku bulan ini, seperti dosen pembimbingku Pak Dandi dan Bu Nonon, Dosen-dosen jurnalistik yang selalu aku recokin, Teh desi dan kang eja yang paling top markotop buat diganggu ketenangannya, teman-teman seperjuangan riendy, echi, zee, dan feli, my best of the best aisha dan jaki pasangan yang selalu membantuku, dan seluruh keluarga besar jurnalistik. *Asa lagi nulis ucapan terima kasih*

Februari
Impianku pun tercapai, aku bisa wisuda di bulan ini bersama dengan pangeran impianku dan mengetahui namanya, dengan insial YT. Bukan hanya tahu nama, dengan berbagai skenario buatan, aku bisa berkenalan sambil berjabat tangan bahkan berjalan bersama di Graha Sanusi Universitas Padjadjaran ketika gladi resik wisuda. Hahahaha \m/

Secara tidak langsung YT menjadi salah satu motivatorku, sehingga aku hanya membutuhkan waktu 4 tahun lebih sedikit untuk bisa keluar dengan hormat dari Fikom Unpad. Hampir 6 tahun aku berada di Unpad, di mulai tahun 2004 di fakultas pertanian lalu pindah ke fakultas ilmu komunikasi tahun 2006, dan akhirnya namaku menjadi Melissa Tuanakotta S.I.Kom.

Bulan ini juga adalah bulan yang menutup karirku di Unit Hoki Unpad. Bersama dengan teman seperjuanganku Ntip, Openg, Atir, Cicil, ello dan beberapa teman lainnya melewatkan pertandingan luar biasa di IHRPT ITB. Semangat tempur akhir, yang walaupun kami bukan main di final tapi seluruh insan olahraga menyebutnya itu adalah final. Nice work team!!

Maret
oh baiklah, ini adalah bulan pertama aku menjadi pengangguran. Rasanya aku mempertanyakan potensi diri sendiri. Mendapat banyak panggilan dari berbagai macam media cetak tapi tak satu pun gayung bersambut. Bahkan sempat aku merasa patah hati ketika salah satu majalah travelling menggagalkan aku di akhir panggilan. Aku mulai belajar bahwa hidup ini tak semudah yang dibayangkan, apa yang direncanakan belum tentu menjadi jalan di masa depan.

April
Mungkin jika diijinkan, ingin rasanya aku melewati bulan ini. Aku merasa patah hati begitu mendalam dan rasanya kaki ini tidak menapak pada bumi. Aku melayang dalam kepedihan. Aku benci pada diriku sendiri bahkan aku menyulut api perang melawan diriku sendiri. Aku rapuh dan aku merasa sesak ketika bernafas. Untuk selamanya Papah pergi meninggalkan aku pada Jumat, 15 April pukul 2 dini hari.

Mei
Aku mulai bangkit dari keterpurukkanku. Perkataan seorang sahabat membawa aku kembali berdiri dari kesedihan. Aku mulai menata kembali kehidupanku. Berjuang untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri dengan mencoba peruntungan di ibu kota. Aku berhasil menyentuh dua perusahaan media impianku. Aku mendapat kesempatan untuk magang menjadi web editor di majalah femina selama tiga bulan dan mengikuti seleksi di Trans 7.

Orang yang paling berjasa buatku bulan ini adalah Djamilah. Dia adalah sahabat kuliahku di Jurnalistik. Djamilah memberikan aku kesempatan untuk menyicipi kehidupan di Ibu Kota. Terima kasih jamil, kalau kamu baca tulisan ini aku harap kamu menagih janji ke aku untuk mentraktir kamu yah.

Juni
Pertama kalinya aku keluar Bandung dan hidup bersama saudaraku si puspita destiana di Jakarta. Aku meninggalkan semua fasilitasku di Bandung, lalu menyatu dengan keramaian ibu kota. Rutinitas layaknya zombie aku lewati di bulan ini. Bangun pagi, jalan kaki, ngantri trans jakarta, desak-desakan bahkan sikut-sikutan dalam bis, tiba di kantor, istirahat, kerja kembali, pulang, macet berjam-jam, tiba di rumah. Rutinitas yang sama yang harus aku lewati setiap harinya. Itu semua terasa membosankan, sekali lagi MEMBOSANKAN!
Aku belajar satu hal di bulan ini, orang akan melakukan apa saja untuk bisa bertahan hidup.

Juli
Banyak hal terjadi di bulan ini. Tuhan memberikan aku kesempatan untuk menentukan jalan hidupku. Ketika aku sudah mulai enjoy di Femina, Aku berhasil lolos seleksi Trans 7. Aku masih ingat, ketika aku sedang berdiri dan berdesakkan di dalam Trans Jakarta telepon genggamku berdering membawa kabar bahagia itu. Rasanya hatiku berbunga-bunga, aku berhasil masuk ke perusahaan televisi impianku selama ini menjadi tim kreatif.

Pada saat yang bersamaan satu kabar bahagia pun datang. Sebelumnya aku pernah mendaftarkan diri untuk menjadi Pengajar Muda di Indonesia Mengajar (IM). Hatiku pun kembali berbunga-bunga, aku masih ingat tanggal 7 saat itu aku dipanggil untuk ikut seleksi. Aku menganggapnya hari yang aneh.

Untung saja sahabatku Noveri Maulana mengingatkanku tanggal 6 malam bahwa seleksi IM tanggal 7. Malam itu aku ketar ketir mempersiapkan persyaratan yang harus di bawa. Oia, gara2 panggilan dari IM ini juga yang menggerakkan aku untuk menyelesaikan revisi skripsi, dan gara2 panggilan IM ini juga yang membuat aku bisa menembus ijazahku dari kampus setelah 5 bulan lulus, karena harus menyelesaikan revisi terlebih dahulu. Kenapa gara2 IM? Karena salah satu persyaratannya adalah aku harus membawa ijazah. Saat hari seleksi, aku sempat nyasar, datang telat, baju berantakan, ga pake persiapan, bahkan ga nyiapin simulasi belajar. Waktu itu aku hanya modal nekat dan pasrah saja. Bahkan ketika pulang pun aku dirundung oleh perasaan pesimis.

Nah bingung kan? 3 pilihan yang harus aku pilih secara tepat untuk masa depanku. Banyak orang aku ajak diskusi, bahkan Tuhan pun aku ajak diskusi melalui do'a dan solat tahajud. Akhirnya dengan berbagai macam pertimbangan aku mengirimkan pesan singkat tanggal 14 kepada Trans7 yang isinya mengurungkan niat untuk bergabung. Aku sedih saat itu dan  akhirnya tetap mencoba peruntungan menjadi anak magang di femina.

Tanpa disangka-sangka aku lolos seleksi IM dan mengikuti seleksi selanjutnya yaitu medical check up. Masalah selanjutnya adalah, aku belum bilang sama mamah kalo aku ikut seleksi IM hahahaha. Pada satu kesempatan pulang ke Bandung, aku berdiskusi panjang lebar dengan mamah untuk meminta restu. Bagaimanapun saat ini aku cuma punya mamah seorang, dan seorang kakak. Sebuah keputusan besar ketika aku harus meninggalkan mereka untuk tinggal di pelosok negeri. Sehingga aku harus meminta restu, tidak bisa pergi melenggang begitu saja. Pada akhirnya ibuku pun setuju walaupun hanya setengah hati. Horeeeeeee!!!

Oia di Juli ini juga aku untuk pertama kalinya berlibur ke luar negeri bersama teman hihihihi. Aku, dan dua orang sahabatku Aisha Ria Ginanti dan Sitti Rahmani melenggang ke Phuket, Thailand selama 5 hari dari tanggal 20-25. Kami berlibur di negeri orang yang bahasanya bahasa planet, hurufnya juga kaya huruf planet. Berasa in the middle of no where, tapi sangat amat menyenangkan.

Agustus
Bulan puasa pertama yang aku lewati tidak di rumah bersama mamah. Aku masih menetap di Jakarta. Terkadang terasa sedih, mengingat bulan ramadhan ini aku sudah tidak memiliki lagi seorang ayah, terkadang ketika bedug maghrib telah bertabuh dan adzan telah berkumandang aku masih saja terluntang-lantung di jalanan ibu kota yang macet. Aku baru merasakan hidup sendirian seperti ini seumur hidupku.

Akan tetapi tahun ini aku bisa mencoba berpuasa di luar negeri hahahaha 8). Bersama seorang temanku Galuh Sitompul, kami berpetualang keliling Hongkong selama satu minggu. Terus aku berhasil menginjakkan kaki di Disneyland, tempat yang selalu aku impi-impikan untuk bisa didatangi sedari kecil <3. Aku pun pada akhirnya merasakan batal puasa yang direncanakan, dan bagaimana menahan haus dan dahaga ketika liburan, itu sangat amat membutuhkan tekad tapi secara tidak langsung menjadi lebih hemat. Banyak godaan buat belanja di HK, intinya adalah jangan pernah ke sana kalau ga bawa uang, pasti menyesal! 

Selesai magang di femina, ketemu banyak temen baru ada Mbak Daria yang masuknya bareng sama aku, ada Rani yang biasa dipanggil bekilm trs kerjaannya nongkrong di setarbak, ada Palen & Aria tante-tante rumpi yg doyan belanja sepatu, ada Didi yang satu tanah sunda sama aku sampai pada akhirnya kami jadi partner dagang mak icih, ada nela yang lucu bikin ngangenin, ada ibeth yang nyasar bareng naik taksi, mbak rintan mantan sekretaris redaksi yg suka cemberut tap baik hati, redaktur-redaktur yang suka pada beli mak icih, dan bos paling pertama dalam hidupku, Mbak Mudi. Tiba-tiba orang-orang inilah yang mengisi kehidupanku selama tiga bulan ke belakang. Bertemu lalu berpisah kemudian selalu seperti itu.

Tapi ada yang pergi ada yang datang. Aku sudah menandatangani kontrak IM dan pastinya akan banyak orang baru dalam hidupku.

September
September akan selalu ceria dalam hidupku.
Semua petualangan baruku dimulai di bulan ini. Awal September aku menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabatku sebelum aku pergi mengabdi di pelosok negeri. Bukan perpisahan, karena setelah usai bertugas di IM pasti aku akan bertemu dengan mereka lagi. Tapi ini semua tetap diselimuti rasa sedih :')

Aku ingat, tanggal 12 hari itu. Di mana aku bertemu dengan orang-orang baru yang akan bermain peran dalam skenario kehidupanku. Di jalan galuh jakarta selatan, aku bertemu dengan 46 Pengajar Muda lainnya. Aku menemukan banyak makna hidup di bulan ini, berbagai cerita dari sesama Pengajar Muda sangat membuka mataku terhadap kehidupan. Kemana saja aku selama ini? Hidup dalam kemewahan dan hidup hura-hura. Seolah menutup sebelah mata tidak mau melihat bahwa sebenarnya banyak orang berdikari untuk menjalankan hidupnya, sedangkan aku masih saja berlindung di ketek orang tua. Semoga ini semua menjadi bumerang untuk diriku sendiri.

Oia, bulan ini juga aku sempat menyicipi pelatihan militer di Condet, bersama Rindam Jaya. Rasa-rasanya seumur hidup ga pernah terbesit dalam pikiran jika aku harus memakai baju ala militer, merangkak, baris berbaris, hanya diberi waktu 5 menit untuk makan, jiwa korsa, baris berbaris, dan tidur di barak militer yang menyeramkan. Luar biasa!

Seperti yang aku bilang di awal, September akan menjadi selalu ceria apalagi di akhir bulan. Yang menjadi spesial, aku telah seperempat abad hidup di dunia ini. Ya, tahun ini aku sudah 25 tahun dan tetap jomblo horeeeeee !!
Yang lebih spesial lagi aku berulang tahun di tengah keluarga baruku, Pengajar Muda. Terima kasih untuk sahabatku Ardi Wilda, Gatya, Syakur, Daniel, Fitria, Eki mba ika, mba diah, mba ami, dan mas teguh yang membuat ulang tahunku yang seperempat abad ini menjadi lebih penuh warna. Jika kalian, keluarga besar IM, baca tulisan ini, aku pingin bilang kalian adalah orang-orang pertama yang membuat kejutan hingga aku tidak bisa berkata-kata hingga tanganku bergetar dan aku pun menangis haru. Kehangatan yang diberikan layaknya kehangatan sebuah keluarga. Aku gak lebay, tapi aku jujur bilang kaya gini. Siapa sih yang pernah nyangka baru kenal beberapa hari doang tapi semua berjalan dengan sempurna. Rasa sesak butuh kebebasan terasa sirna dengan pesta ulang tahun kecil ini. Dalam satu kumpulan kertas aku mendapatkan ucapan-ucapan yang memompa semangatku yang mulai surut.Terima kasih.

Oktober
Aku hidup seperti seorang robot. Pelatihan intensif yang sangat amat intensif untuk menjadi seorang pengajar muda. Otak yang hampir tumpul diasah kembali dengan segala macam metode belajar dan tumpukkan tugas. Aku bersama pengajar muda lainnya seperti berada di dalam pusat rehabilisasi, untuk dibentuk menjadi pribadi yang penuh dengan jiwa kepemimpinan dan menjadi seorang gurunya manusia.

Banyak terjadi dinamika di bulan ini. Entah mengapa setelah sekian lama padam, pada akhirnya amygdala pun kembali bekerja sesuai dengan tugasnya. Dimana banyak rasa bercampur aduk seperti gado-gado. Bahagia, sedih, suka, benci, cinta rasanya jadi satu. Waktu demi waktu yang berjalan begitu cepat digunakan semaksimal mungkin sebelum petualangan besar terjadi. Saling memahami satu sama lain dan saling berpegangan tangan dan berjalan dalam satu tujuan.

Di bulan ini juga aku mendapatkan pengalaman pertama menjadi seorang guru di SD Cikereteg 3, Ciawi, Bogor. Pertama kalinya mendapat kesempatan untuk berdiri di depan kelas menghadapi anak-anak yang manis pada awalnya dan menjadi monster pada akhirnya. Satu ungkapan terima kasih aku sampaikan untuk guru-guru di seantero jagat, dengan pengalaman singkat ini aku tahu rasanya menjadi guru.

Bulan ini ditutup dengan dinginnya Situ Lembang. Di Markas Besar Kopasus kami kembali mendapatkan pelatihan militer. Pelatihan ini lebih berat dari pelatihan sebelumnya, di mana kami dilatih untuk bisa bertahan hidup di segala suasana. Berbagai macam skill ala militer aku dapatkan di sini. Bisa dibayangkan baju yang tadinya bersih tanpa noda sempat menjadi basah, kering, basah, kering, lalu berakhir dengan penuh lumpur. Luar biasa, bukan tapi aku ingin bilang SANGAT LUAR BIASA.

November
Satu sosok yang sangat menggugah hati di bulan ini adalah sosok Iwan Abdurachman. Dengan sempurna Abah Iwan merangkum perjalanan aku dan kawan-kawan dalam alunan-alunan lagu. Aku ingat, aku menangis tersedu-sedu saat itu. Mengingat kilas balik yang terjadi dalam kehidupanku. Ketika akhirnya aku melakukan satu hal yang luar biasa dan tidak sia-sia, bukan untuk aku tapi untuk mereka di luar sana.

Untuk pertama kalinya aku menyanyikan hymne Universitas Padjadjaran gubahan Abah Iwan dengan hati bergetar penuh bangga. Bahkan ketika aku wisuda pun aku tidak pernah merasa tergetar hatinya seperti saat itu. Aku dan kawan-kawan Pengajar Muda jebolan Unpad terisak dengan penuh rasa.

Aku pun diberi kesempatan untuk bertemu dengan Wakil Presiden Republik Indonesia, Budiono. Beliau melepas kepergian para Pengajar Muda menuju tempat bertugas. Satu hal yang aku lakukan dan sangat spektakuler. Waktu itu rombongan bis terjebak macet, sedangkan kami hanya memiliki waktu sekitar setengah jam untuk hadir tepat waktu di Istana RI 2. Dengan nekat aku dan Meiske mencegat mobil patroli wilayah, dan memaksa mereka untuk mengantarkan kami ke istana.
Hahahaha aku masih ingat wajah polisi yang terkaget-kaget, karena aku menggedor-gedor kaca mobilnya lalu menyerang dia dengan berbagai kata untuk bisa mengantar kami menuju istana. Alangkah baiknya polisi itu, tanpa pamrih ia mengantarkan rombongan kami dengan sirine yang membelah kemacetan. kami pun tiba dengan tepat waktu, yeahhhh!!! \m/

Setelah itu aku menghadapi dengan berbagai macam perpisahan. Tanggal 3 aku berangkat menuju Tulang Bawang Barat, berpisah sementara dengan segala sesuatunya, dengan kamu, dia dan mereka. Bersama enam pengajar muda lainnya, Meiske, Mita, Acha, Ardi, Arga, dan Daniel, siap menjadi seorang guru di Tulang Bawang Barat. Bertatap muka dengan pengajar muda angkatan 1, lalu berbagi cerita. Aku bertemu dengan Yunita Ekasari Bahrun, baru saja bertemu tapi aku sudah merasa seperti seorang sahabat. Aku dibekali banyak cerita olehnya untuk bisa membumi di sini.

Banyak sekali hal baru yang aku rasakan. Kehidupan yang amat sangat berbeda dengan kehidupan aku sebelumnya, realitas yang begitu berbeda dengan realitas yang aku tahu selama ini.

Desember
Aku merasa tahun 2011 ini begitu banyak cerita. Begitu banyak hal-hal yang terjadi di luar perkiraan, bahkan seumur hidupku tidak pernah terbesit sedikitpun untuk melakukan hal-hal tersebut. Bahkan resolusi yang aku bikin tidak ada yang tercapai, kecuali lulus kuliah.
Banyak perasaan yang muncul dan tenggelam.
Banyak orang yang datang dan pergi.
Semua berjalan seiring waktu tanpa aku tahu apa yang akan terjadi, semua seperti sebuah misteri. Aku pun melangkah tak tahu arah, hanya aku merasa pasti.
Tidak terasa sudah di penghujung tahun.
Terima kasih Tuhan, Engkau sudah memberikan banyak hal kepadaku dan memberikan aku begitu banyak pengalaman berharga yang akan menjadi bekal seumur hidupku.

Resolusi untuk tahun 2012 tidak perlu muluk-muluk aku hanya ingin menjadi orang yang tulus. Itu saja.
Yah kalau boleh sih, semoga Tuhan kasih aku jodoh. Hehehehe 8)

Kamis, 11 Agustus 2011

ketika aku di atas awan

Beberapa waktu lalu aku bersama teman-temanku pergi bermain.
Kami pergi bermain untuk mengintip bagian lain dari benua Asia.
Demi melihat sang mata yang akan tenggelam di ujung sana, Aku pun berebutan untuk duduk di samping jendela.
Rasanya saat itu aku sangat bahagia, seperti seorang bocah yang akan pergi ke sekolah untuk ikut tahun ajaran baru.
Kebahagiaan meluap sehingga bibir ini selalu tersenyum dan tertawa.
Berada di atas awan bersama pesawat udara melintasi negara tetangga dan samudra.
Sayang, bukan langit biru dan awan putih yang kutemui saat itu.
Hanya awan hitam kelam yang terbalut oleh suasana malam.
Rasanya hanya langit-langit pesawat yang membatasiku dengan Tuhan.
Aku pun berkata kepada temanku:
"Hei, sekarang kita ini sedang berada di atas awan. Ayo kita berdoa! Kayaknya kalau kita berdoa saat ini pasti Tuhan langsung mendengar kita. Kita kan paling tinggi diantara yang lain, pasti doa kita paling cepat di dengar. Tidak ada hambatan."
Saat itu temanku hanya tertawa, mungkin menganggapku aneh.
Tapi aku sungguh-sungguh berkata demikian.
Aku berdo'a dengan sepenuh dan setulus hati, karena entah mengapa aku sangat yakin saat itu pasti do'aku akan dikabulkan.

Aku berdo'a kepada Tuhan untuk seseorang yang saat ini sudah berada di atas sana.



hihihihi

Aku jadi ingin naik pesawat lagi.

Minggu, 17 April 2011

Aku Takut Aku Lupa

Malam itu aku sedang tertidur pulas, aku mendengar kakakku dan mamahku yang meributkan sesuatu. Mamahku menangis, Aku pun terbangun untuk melihat apa yang sedang terjadi. Aku buka pintu kamarku dan berjalan menuju kamar mamahku. Aku melihat dirinya sedang tersungkur di lantai, mengoceh tak menentu.

Itu adalah awal mulanya sebuah cerita sakitnya ayahku. Kalau aku tidak salah kejadiannya 8 tahun yang lalu ketika aku sedang duduk di bangku SMA kelas 2. Ayahku terkena penyakit stroke yang menyebabkan suatu pendarahan di kepalanya dan melumpuhkan kaki serta tangan bagian kanannya.

Aku masih ingat seluruh ucapannya yang meracau, aku menemaninya di dalam ambulance yang membawanya pergi ke Rumah Sakit Boromeus. Di dalam sana ia terus meracau dan meracau, aku hanya bisa menangis dan berkata, "Pah,, tenang yah pah.. ini kita di dalam ambulance mau ke rumah sakit."

Ayahku berada di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Keadaannya sempat kritis dan tubuhnyanya pun dipenuhi oleh selang untuk membantunya bernafas. Aku saat itu masih berumur 16 tahun belum bisa berpikir secara dewasa hanya bisa menangis dan menangis. Suatu hari aku dihubungi untuk segera ke rumah sakit. Setibanya di sana banyak orang menatapku dan mengatakan kepadaku untuk ikhlas dan sabar. Aku mempercepat langkahku menuju ruangan ICCU, aku melihat mamahku sedang menangis di samping papahku.

"Pah,,,?"
"Ade udah dateng?"
"iya.. Pah"
"Ade harus belajar yang rajin yah,, jangan suka bertengkar sama aa. harus dengerin kata-katanya mamah, aa, dan om tedy"
"Iya Pah,, Papah cepet sembuh dong jangan tinggalin ade. Papah berdoa"
"Iya, ade bantu papah berdoa yah.. gimana tuh de doanya yang Bapak kami dalam surga?"
(aku hanya terdiam dan menangis. mungkin papahku lupa Ia sudah pindah agama)
"Papah jangan yang itu doanya, yuk baca Al-Fatihah ikutin ade yah..."

Aku pun menuntunnya untuk membaca doa pembuka di Ayat suci Al-Qur'an tersebut. Selesai membacakan doa aku pun diantar pulang dan keadaanku saat itu kacau balau. Ketika aku bertemu kembali dengannya, aku tersenyum. Ternyata keadaan papahku sudah membaik, aku tidak lagi melihat selang-selang pernafasan di tubuhnya.

Papahku kembali ke rumah. Papahku yang sudah tidak seperti dulu lagi. Papahku yang kondisinya lumpuh dan lemah tidak berdaya. Kami sekeluarga pun merawatnya. Saat itu dengan keegoisan aku yang berumur 16 tahun aku hanya berpikir bahwa kehidupanku telah berubah, aku sudah tidak bisa mendapatkan servis seorang ayah sejak saat itu.

Umurku segera beranjak menjadi 17 tahun, aku ingat aku merengek ingin dibuatkan sebuah pesta. Aku merengek dan merengek kepada mamahku, tapi mamahku tidak mau membuatkan sebuah pesta. Aku marah, sangat marah dalam hatiku pun aku menyalahkan keadaan papahku. Bisa dibayangkan hal itu? keegoisan seorang anak ingusan kepada orang tuanya. Tapi apa yang terjadi? pesta tetap berlangsung, dipilih sebuah hotel yang memudahkan papahku untuk ikut hadir dalam pesta.

Aku ingat saat itu saat membacakan doa. Papahku menangis saat itu, aku melihatnya. Aku pun meneteskan air mata, begitu pula dengan kakakku. Aku merasa sebuah kesedihan seorang ayah yang menghadiri pesta ulang tahun ke-17 anak kesayangannya, dengan keadaan yang tidak seperti dulu lagi.

Aku bisa dibilang adalah anak kesayangan papahku. Papahku itu akan melakukan apa saja untuk aku. Barang yang aku minta pasti dibeliin, aku mau pergi pasti diantar dan dijemput, dan aku mau sekolah pasti dia mengusahakan agar aku bisa masuk sekolah pilihanku. Aku terlalu dimanja olehnya sehingga aku kesal ketika aku tidak bisa mendapatkan kemanjaan itu lagi. Tapi papahku itu memang terlalu sayang kepadaku, sehingga diwaktu Ia sudah tidak sehat seperti dulu, dia akan tetap berusaha untuk membuat aku bahagia dengan caranya.

Ketika aku baru masuk kuliah di fikom ingin rasanya aku punya kamera SLR. Aku mengatakan keinginan tersebut kepada ayahku, dalam waktu 2 minggu kamera pun sudah aku dapatkan. Ketika aku ingin punya handphone baru, selang berapa hari kemudian handphone baru pun aku dapatkan, apa yang aku minta pasti akan selalu dikabulkan olehnya. AKU TERLALU EGOIS!!! AKU SANGAT EGOIS!!! sebenarnya anak macam apa aku, dengan kondisi papah yang seperti itu masih menuntut ini dan itu.

Bahkan pernah suatu hari aku sedang berlibur di jakarta. Karena kelalaianku aku menghilangkan dompetku. Semua uangku hilang saat itu tidak ada sepeser pun. Aku menelepon ayahku dan mengatakan dompetku hilang dan aku ingin pulang. Selang beberapa waktu kemudian papahku datang ke Jakarta menjemputku bersama seorang supir. Begitu pula ketika aku pergi KKN, dengan membawa 40 kotak kueh untukku dan teman-temanku ia menempuh jarak ratusan kilometer dan berjam-jam di dalam mobil menuju Jampang Kulon. Setibanya di sana, ia hanya duduk di dalam mobil dan menyapa teman-temanku lalu kembali lagi ke Bandung.

Tahun demi tahun pun berlalu. Papahku semakin tua dan semakin buruk kondisinya. Suatu hari ayahku tidak bisa dihubungi. AKu menyuruh supir pribadi yang setia kepadanya untuk datang ke rumah melihat apa yang sedang terjadi. Tapi papahku yang saat itu masih bisa berjalan dengan menggunakan tongkat, tidak kunjung membuka pintu. SUNGGUH EGOISNYA aku tidak cepat-cepat pulang ke rumah, aku malah tertawa riang dengan teman-temanku. Setibanya aku di rumah, aku mendapatkan papahku yang terjatuh di dalam kamar mandi. Ia sudah berada di sana selama kurang lebih 10 jam dan menggigil. Aku segera menolongnya dan menelepon ibuku lalu membawanya menuju rumah sakit terdekat. Saat itu aku menangis menjadi-jadi seorang diri, tak mau papahku melihat aku yang menangis. Hujan turun sangat deras malam itu. Tapi papahku tetap tersenyum dan berkata "ade dari mana barusan?"

Kejadian lainnya adalah ketika kaki papahku yang selalu bengkak. Bengkaknya menjadikan ia susah berjalan dan menaikkan kaki ke atas kasur. tapi EGOISNYA aku, aku suka malas untuk membantunya menaikkan kaki. Dan sering sekali aku kesal jika papah menyuruh aku. TOLOLNYA aku BODOHNYA aku, kenapa aku harus seperti itu dengan keadaan papahku yang seperti itu. Suatu malam ia meneleponku berpuluh-puluh kali tapi aku terlalu lelah untuk menggubrisnya karena aku sedang sakit. Tapi lama kelamaan aku pun mengangkatnya, dan dia meminta tolong kepadaku. Aku turun dari kamarku menuju kamarnya di lantai bawah. Aku melihat dirinya yang tidak berdaya sedang kesakitan. aku panik saat itu, aku sendirian di rumah karena ibuku sedang dinas ke luar kota. TUbuhku gemetar, pikiranku buntu, aku tak tahu harus bagaimana. Aku membantu papahku untuk tidur tapi dia sangat gelisah. Aku menghubungi kakak dan ibuku terus menerus untuk segera pulang.
Aku seperti orang bodoh yang tidak bisa mikir. Aku malah menulis status di YM "Ya Allah berikanlah selalu yang terbaik untuk ayahku". Salah satu temanku yang membaca status aku langsung menghubungiku dan bertanya apa yang telah terjadi. Aku menjelaskan kondisi yang sedang aku hadapi dan kesulitan aku berpikir untuk bertindak, Temanku itu pun menawarkan untuk mendatangiku tapi aku tolak, karena aku tidak mau melibatkannya dengan kondisi saat itu. Dia pun akhirnya memandu aku untuk melakukan beberapa hal seperti segera membawa papahku menuju rumah sakit, mengingat mamah dan kakakku sudah berangkat menuju Bandung.

Hari demi hari keadaan papahku tidak pernah membaik. bahkan ketika ada yang bertanya tentang keadaannya aku pun bingung harus menjawab apa. Papahku semakin renta dan tidak berdaya. Anehnya selalu saja ada tingkah lakunya yang membuah aku kesal. Bahkan dia melakukan tindakan-tindakan yang merugikan untuk dirinya sendiri yang ternyata pada akhirnya membuatnya tidak tenang. Terkadang aku dan mamahku ingin sekali menyerah, tapi aku tidak mau selama aku mampu aku ingin mengurus papahku.

Kesabaranku pun suatu hari habis. aku seperti bom atom yang meledak ketika menghadapi papahku yang pada kenyataannya saat itu tidak berdaya. Aku marah seperti orang gila, tidak mengenal perasaan papahku aku marah menjadi-jadi. AKu kesal. itu lah brengseknya aku egoisnya aku, menyebalkannya aku. papahku mungkin menangis dan merasa sedih melihat anak kesayangannya seperti itu. tapi papahku tetap papahku keesokkan harinya ia meneleponku dan bertanya "ade ada dimana? hati-hati yah,, cepat pulang".

Aku pun pulang saat itu, menatap papahku yang sedang terduduk lunglai menatap jendela.
"Pah"
"Eh ade udah pulang"
"Iya,,"
"De, ada biskuit ga? papah lapar"
"Ih papah makan melulu deh, tunggu ade ambilin"

Hari itu adalah hari dimana aku melakukan pembicaraan dengan dirinya cukup lama. Aku duduk di sampingnya menatap televisi dan menangis. Entah mengapa saat itu aku sedih sekali melihatnya. Aku merasakan sebuah kesepian dan lara dari dalam dirinya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah aku anak yang tidak berguna ini.

Tiga bulan terakhir ini keadaan papahku semakin parah. Ia sudah sulit untuk berjalan, sehingga hanya menghabiskan hari-harinya di dalam kamar. Kalau mau keluar kamar harus dibantu berdiri dan didudukan di kursi roda. Aku ingat hari-hari dimana aku berusaha sekuat tenaga menggotongnya seorang diri untuk ke kursi roda, membawanya ke taman belakan dan mencukur rambutnya. Saat itu ia tidak percaya aku bisa memotong rambutnya dan tertawa. Setelah itu aku pun memandikannya.
Dua bulan terakhir dia sudah sulit untuk beranjak dari kasur. Papah hanya mampu tidur dan duduk saja. Nafsu makannya pun berkurang, Tidak lama papahku sudah sulit untuk duduk, sehingga harus selalu dibantu segala sesuatunya. Aku melihat dirinya yang sungguh tersiksa, tapi aku memang bukan anak yang baik yang tidak bisa bahkan tidak mau membantunya.

Beberapa hari yang lalu papahku hanya bisa tidur saja. Aku sadar kondisinya yang memburuk, aku pun selalu bertanya tentang keadaannya tapi ia pun selalu berkata tidak apa-apa hanya minta dibuatkan oat meal. Aku menawarkan bantuan untuk duduk tapi ia menolaknya, karena ia merasa dirinya berat dan aku akan kesusahan.

Tiba hari itu, hari kamis tanggal 14 April 2011. Aku merencanakan perjalanan menuju jogja dengan temanku. tapi entah mengapa saat itu aku malas pergi dan ibuku pun tidak memberikan ijin kepadaku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak pergi, menukarnya dengan pergi ke gede bage dan nonton film di bioskop.
Aku masuk ke dalam kamar papahku, melihatnya sedang tertidur dan aku pun membangunkannya.
"Pah..."
"Ya de,,,"
"Apa yang papah rasain hari ini?"
"baik-baik aja de,, cuman tadi papah makannya sedikit. mau muntah"
"oia, trs udah muntah?"
"Udah tadi sedikit.."
"papah ko tidur terus sih?"
"iya.. papah ngantuk"
"ade pergi dulu ya pah"
"ade mau pergi ke luar kota yah?"
"engga ko pah, cuman mau ke gede bage"
"oia hati-hati yah,, mamah udah pulang belum"
"belum mamah masih di kantor"
"mamah ke luar kota?"
"engga, mamah di kantor.. ade pergi ya pah.. kalau ada apa-apa papah langsung telepon ade aja"
"iya, hati-hati"

Aku pun pergi, tapi entah mengapa aku rasanya berat hati untuk pergi saat itu.

Aku pun smsan dengan temanku yang mengajak pergi ke jogja. aku bilang kepadanya aku ingin pergi tapi aku ga bisa. temanku bilang kalau hujan tidak berhenti, ia akan pegi besok paginya. AKu pun tergiur oleh ajakannya dan setuju kalau dia pergi pagi aku akan ikut berangkat.

Sepulangnya ke rumah, aku segera menghampiri papahku. Ia tertidur saat itu. Yang biasanya aku selalu membangunkannya, malam itu aku enggan membangunkannya. Karena aku melihatnya ia sedang nyenyak tertidur. Entah mengapa aku selalu bulak balik ke kamar papahku untuk melihatnya. tapi aku hanya mendapatkan ia sedang tertidur dan bernafas. Akhirnya aku memutuskan untuk segera tidur agar bisa berangkat ke jogja pagi-pagi dengan temanku. Sebelum tidur aku masih bisa mendengar suara papahku yang sedang tertidur, dan aku pun memasang alarm aagar bisa bangun pukul 4. dan aku pun tertidur.

Pukul 4 tanggal 15 April 2011 aku bangun. Saat itu aku terdiam dan hanya memikirkan papah. Benakku dipenuhi oleh papah dan kain kavan, entah mengapa. Aku segera turun dan masuk ke dalam kamar papahku. Aku melihatnya saat itu. Matanya tertutup, mulutnya tertutup, perutnya tidak bergerak seperti biasanya ketika ia sedang bernafas. Aku hanya diam,  diam dan diam.

Saat itu aku hanya berpikir papah tidurnya pulas sekali. aku pun melangkah masuk untuk memandangnya, lagi-lagi aku diam. Aku pergi mengambil termos untuk memasak air, untuk air minum papahku. menunggu air matang, aku kembali lagi melihat papahku yang terdiam disana, aku melihatnya dan aku hanya diam. Air matang aku pun memasukkannya ke termos, dan mengambil gelas untuk papahku. Aku kembali ke kamarnya dan menaruh di meja dengan kasar dengan harapan papah bangun untuk melihatku yang ceroboh. Tapi papah hanya diam dan aku pun diam.

Aku hanya berpikir papah lagi tidur pulas. Aku pun pergi mandi, di kamar mandi aku banyak berpikir dalam diam. Sehabis berganti pakaian aku kembali ke kamar papah dan memandangnya, tapi kali ini aku tidak diam.
"pah.."
tidak ada jawaban
"pah.."
lagi-lagi tidak ada jawaban
aku tepuk kakinya "paah,,,"
tidak kunjung menjawab.
aku melangkah mendekatinya, ku pegang tangannya, dan tangannya pun dingin.

Aku gemetar dalam diam, aku memanggil mamahku. Kami berlari kembali ke dalam kamar papahku dan masih mencoba membangunkannya, tapi papahku tidak kunjung bangun hanya terdiam dan dingin.

Papah meninggal dengan tenang di dalam tidurnya. Aku melihat papah tertidur pulas tidak merasakan kesakitan seperti malam-malam yang lalu. Papah pergi menunggu aku tertidur terlebih dahulu, karena papah mungkin tidak ingin pergi ketika aku masih terjaga karena mungkin papah akan tau aku pasti ketakutan.

Aku ikhlas, sungguh aku ikhlas. Karena aku tahu ini adalah yang terbaik untuk papah. Papah tidak merasa tersiksa dan kesakitan lagi. Aku tahu papah sekarang lebih tenang dan aku tahu dengan doaku dari sini papah pasti bahagia di sana. Aku selama ini sayang sama papah, selalu ku sayang papah. Aku menyesal sangat menyesal tidak sempat meminta maaf sama papah, tapi aku yakin papah udah maafin aku. Aku tegar disini, aku tabah,, jadi aku tahu papah tenang disana ga sakit, ga kedinginan dan papah juga ga lapar. Papah pergi hari jumat yang kayanya adalah hari baik, banyak yang berdoa untuk papah hari itu. AKu tahu papah selalu ada di sini, di hati aku, untuk selalu memanjakan aku.

maaf pah,, selama ini papah mungkin ga pernah tau kalo aku sayang papah karena aku ga pernah bilang. Aku sayang sama papah, apa pun kata orang, apa punn yang terjadi, papah tetap papah aku yang terbaik.