Pengintip

Kamis, 25 Juni 2015

Si Tegas yang Bodoh


“Aku gak ngerti sama kamu, orangnya tegas tapi masalah gini gak bisa tegas”
Ya, aku bodoh memang. Bagaimana aku bisa membenci orang yang aku sayang. Selama hampir tiga tahun, selalu ada setiap harinya. Baik lewat suara maupun raga. Setiap ujung kota Jakarta aku pergi bersama dia. Bukan hanya di sini, bahkan beberapa puncak tertinggi pun kami lalui bersama.Terlalu banyak kenangan di benak ini yang tidak mungkin aku lupa. Kalau saja mudah untuk membenci, tapi kenangan-kenangan ini yang bikin sulit untuk benci. Ada yg hilang dalam relung hati ini.
Tawanya, candanya, kelakuan bodohnya. :’(
Makin benci makin rindu.
Begitulah perempuan, semua pakai perasaan.

lucu memang kisah cinta itu.

Aku pikir aku berada dalam sebuah kisah cinta yang tepat. Yang akan berakhir dengan indah dalam sebuah pernikahan hingga akhirnya memiliki keturunan yang kelak akan menggantikan aku untuk meniti kehidupan.

Tapi ternyata itu hanya impianku saja. Orang yang aku pikir mencintaiku dengan sepenuh hati ternyata bukan orang yang tepat. Ya, dia meninggalkan aku begitu saja karena ingin kembali hidup bebas sebebas-bebasnya. Dia ngeloyor pergi gitu aja, kabur, seperti seorang maling.

Kepergiannya ini memang dimulai akibat kesalahanku. Kesalahanku yg sangat fatal. Aku sadar aku salah. Dan aku pun coba untuk memperbaiki ini semua dengan berbagai macam cara. Tapi, apa yang aku dapat? DIMENTAHKAN BEGITU SAJA. Mungkin dia merasa seorang dewa kali yah, kata maaf saja tidak cukup. Entah harus diapain. Yang pasti dia terlalu menjadi pengecut yang takut, hingga hanya bisa diam dan kabur.
Yang paling menyakitkan adalah kemarahannya seperti bom. Tersulut dan ketika meledak efeknya merugikan banyak orang. Bayangkan orang2 yang menolongnya dengan tulus, dikecewakan oleh dia karena ngeloyor pergi begitu saja. Tanpa pamit. Berasa orang hebat kali yah. Padahal tidak bisa apa-apa. Siapa orang yang paling tersakiti? Ibu saya. Bayangkan dia dengan sikapnya yang seperti pengecut membuat terluka hati seorang ibu.

Bodohnya aku terlalu menginginkan perbaikan. Ya, aku tidak mau hubungan yang tadinya bahagia menjadi penuh kebencian seperti ini. Melakukan hal-hal bodoh untuk mencoba memperbaiki hubungan agar bisa jalan kembali. Sesuai dengan rencana pada awalnya. Tapi apa yang terjadi? Tuan itu terlalu angkuh. Merasa dirinya setingkat dewa dan kami di sini sebagai seorang perempuan jarus berubah dan dituntut untuk menerima dia apa adanya.

Aku bukan orang yang sabar. Tapi demi jalan yg mulus aku rela sabar, menunggu, berpikir positif, dan mengalah. Rasa sayangku pun hingga tulisan ini dibuat masih setinggi Himalqya.Tapi itu semua tidak diindahkan. Semua yang aku ucapkan seolah2 mental. Tidak ada artinya. Sombong sekali. Nagaikan lagu pas band yg berjudul impresi. Padahal dia pun tidak bisa membuktikan menjadi seorang imam yang baik. Akhirnya aku pun menyerah. Untuk apalah mempertahankan hubungan dengan orang yang pemikirannya terlalu angkuh dan sombong.

Aku memang salah. Tapi jika diingat2 aku pun banyak tersakiti, dibohongi, dan tidak dianggap. Di luar memang kami terlihat oke, padahal di dalam hati kecil ini meringis.

Setidaknya aku sudah mencoba untuk memperbaiki hal ini. Hingga tidak akan ada adegan sepertj di film drama romantis, merasa menyesal kenapa dulu aku tidak mengejarnya kembali. Aku juga sudah mencoba memperbaiki silaturahmi, tapi dia terlalu aangkuh dan ingin memutuskan silaturahmi itu. Merasa Lebih hebat dari Tuhan kayaknya. Padahal Tuhan saja Maha Pengampun.

Sudah cukup rasanya aku mencoba. Lama-lama akupun muak. Padahal tidak ada jaminan dia bisa menjadi imam yang baik. Bayangkan saja, ketika ada masalah dia ngeloyor pergi meninggalkan pekerjaan dan kehidupan yang sedang dia rintis. Bagaimana nanti? Bisa-bisa ketika dia putus asa tidak bisa menghidupi keluarga dia akan kabur meninggalkan aku dengan anak-anakku. Sangat amat memperlihatkan seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab.

Dan yang paling lucu, ketika aku mencoba memperbaiki hubungan. Apa coba yang dia minta? Dia meminta aku untuk membiarkannya memakai ganja. HAHAHA. Perempuan bodoh mana yang ingin punya imam tukang ngeganja. Kasian anak-anak aku nanti, akan punya ayab yang tidak bertanggung jawab, tukang kabur, dan mengganja. Menerima dia apa adanya dengan keadaan seperti itu? EGOIS. Terlalu memikirkan diri sendiri.
Akhirnya aku putuskan untuk ikut meninggalkannya. Untuk apa berlarut-larut. Laki-laki mau enaknya doang. Udah dapet yang enak-enak kabur ketika ada masalah.

Dulu banyak yang mengingatkan untuk mencari yg lebih baik. Tapi aku terlalu percaya diri. Aku terlalu yakin bahwa dia akan berubah dan menjadi jagoanku. Terlalu terbuai oleh kata2 manis dan kebaikannya.

Sudahlah memang lucu kisah cinta ini. Aku sangat terpukul hingga tidak tahu lagi makna cinta. Aku akan kubur dalam2 perasaan ini. Dan menganggap cinta itu omong kosong. Cinta itu hanya sebuah kata yg ambigu.

Selamat tinggal cinta. Kamu bullshit.

Rabu, 03 Juni 2015

Dari Drama Percintaan Menjadi Film Kolosal

Ketika sedang menonton drama percintaan di film televisi, kadang aku berkata dalam hati : repot amat pacarannya. Kalo gak cocok ya putusin. Kalo cocok ya lanjutin.
hahaha

Persis seperti seorang komentator bola, yang berasa lebih jago dari pada seluruh pemain yang ada di lapangan. Coba kalo turun langsung ke lapangan, nendang bola aja belom tentu arahnya betul.

Pada kenyataannya, kehidupan percintaan itu memang tak semudah kata-kata. Memang rumit! Ketika semua sudah memakai perasaan dan pengharapan. Yang logis menjadi tidak logis, yang tidak logis menjadi logis. 

Mungkin kalo seluruh pemeran drama percintaan ini bisa menerima segala sesuatu dengan sabar pasti ceritanya akan berakhir happy ending. Tapi kalo engga, drama percintaan pun bisa menjadi film kolosal. 

Aku pribadi bukanlah orang sabar yang bisa saja menguapkan masalah tanpa penyelesaian masalah. Ya, kadang demi mempertahankan hubungan tiap2 pasangan menguapkan masalah hingga rasanya tidak terjadi apa-apa. Hanya butuh sabar, lupa, lalu memaafkan. Menurut aku sih itu omong kosong. Apalagi untuk masalah yang terjadi berulang kali. Cih, roman picisan.

Ketika ada masalah, aku tipekal orang yang akan mengusut sampe ke akar dan menuntaskannya hingga selesai. Jika terulang, langkah yang sama akan berulang. Tak akan aku kasih setetes masalahpun menguap begitu saja. Kalo perlu marah ya marah.

Lama-lama aku mulai berpikir. Kenapa kehidupan percintaan itu harus rumit. Kenapa dua orang yang saling mencinta itu gak bisa menyesuaikan satu sama lain untuk meminimalisir jumlah pertengkaran akibat berbeda sudut padang atau prinsip.

Entahlah apa rencana Tuhan, mendekatkan aku kepada orang yang dari ujung kepala hingga ujung kaki berbeda. Beda prinsip, sudut pandang, pola pikir, dan tujuan hidup. Hanya akibat suatu kesalahan kita berusaha keras untuk bertahan. Padahal masing-masing tahu kita ini berbeda dunia. Semua jadi terkesan dipaksakan. Aku hanya berharap dan memendam perasaan saja. Mencoba mengemas hubungan ini terlihat baik, tapi tetap saja isi kemasannya berisi perasaan-perasaan busuk.

Hari demi hari aku hanya merasa menjadi orang jahat dalam hubungan ini. Tidak menjadi orang baik. 


Sebenarnya quote ini sudah merepresentasikan segalanya. Mungkin aku dikasih sesuatu yang baik tapi ternyata hal baik itu tidak menjadikan aku menjadi lebih baik. Aku justru semakin memble.

Pertengkaran hari ini membuat aku berpikir bahwa sebenarnya hubungan yang sedang aku jalani ini tidak sehat. Segala hal berbeda membuat yang satu menuntut harus "memahami" yang lainnya. Beberapa prinsip dalam hidup aku pun nampaknya dianggap sepele dan bukan menjadi hal penting, seperti janji yang harus ditepati, waktu yang terus berjalan sehingga harus bergerak cepat, dan kehidupan yang harus dimaknai dengan hal2 penuh makna. Sehingga aku hanya menuntut dan menuntut tapi enggak mendapatkan hasil apa-apa. 

Aku pun menyimpulkan ini hanya sebuah pelajaran bahwa beberapa hal yang kita harap dan kita inginkan tetu tidak akan bisa kita dapatkan dari orang lain. Mungkin harapan untuk menata masa depan pun belum twntu bisa didapatkan jika kita berubah menjadi orang yang tidak baik.

Berulang-ulang coba untuk diperbaiki tapi sering kali rasa hasilnya cuma kecewa. Jadi untuk apa.

Pertengkaran hari ini pula yang memberikan aku jawaban. Jawaban dari segala pertanyaan. Jawaban ini bukan berbentuk dugaan tapi berupa ucapan beribu makna yang menjawab keraguanku selama ini. Setidaknya ucapan tersebut tidak akan membuatku gamang untuk menjalani hari esok. Justru membuatku berpikir semakin jernih terhadap suatu realita kehidupan. Dan aku menerima dengan seksama jawaban tersebut.

Hal-hal berbau romantisme itu berbatas waktu. Terluapkan sewaktu-waktu dan teruapkan seiring berjalannya waktu. Hal romantis dan akhir bahagia dari suatu hubungan itu hanya ada di drama film televisi saja. Kalau di kehidupan nyata seperti ini janganlah berharap lebih.

Manusia memang boleh berencana, tapi keputusan tetap di tangan Tuhan. Aku hanya manusia yang tidak bisa memaksakan semuanya.