Pengintip

Rabu, 03 Juni 2015

Dari Drama Percintaan Menjadi Film Kolosal

Ketika sedang menonton drama percintaan di film televisi, kadang aku berkata dalam hati : repot amat pacarannya. Kalo gak cocok ya putusin. Kalo cocok ya lanjutin.
hahaha

Persis seperti seorang komentator bola, yang berasa lebih jago dari pada seluruh pemain yang ada di lapangan. Coba kalo turun langsung ke lapangan, nendang bola aja belom tentu arahnya betul.

Pada kenyataannya, kehidupan percintaan itu memang tak semudah kata-kata. Memang rumit! Ketika semua sudah memakai perasaan dan pengharapan. Yang logis menjadi tidak logis, yang tidak logis menjadi logis. 

Mungkin kalo seluruh pemeran drama percintaan ini bisa menerima segala sesuatu dengan sabar pasti ceritanya akan berakhir happy ending. Tapi kalo engga, drama percintaan pun bisa menjadi film kolosal. 

Aku pribadi bukanlah orang sabar yang bisa saja menguapkan masalah tanpa penyelesaian masalah. Ya, kadang demi mempertahankan hubungan tiap2 pasangan menguapkan masalah hingga rasanya tidak terjadi apa-apa. Hanya butuh sabar, lupa, lalu memaafkan. Menurut aku sih itu omong kosong. Apalagi untuk masalah yang terjadi berulang kali. Cih, roman picisan.

Ketika ada masalah, aku tipekal orang yang akan mengusut sampe ke akar dan menuntaskannya hingga selesai. Jika terulang, langkah yang sama akan berulang. Tak akan aku kasih setetes masalahpun menguap begitu saja. Kalo perlu marah ya marah.

Lama-lama aku mulai berpikir. Kenapa kehidupan percintaan itu harus rumit. Kenapa dua orang yang saling mencinta itu gak bisa menyesuaikan satu sama lain untuk meminimalisir jumlah pertengkaran akibat berbeda sudut padang atau prinsip.

Entahlah apa rencana Tuhan, mendekatkan aku kepada orang yang dari ujung kepala hingga ujung kaki berbeda. Beda prinsip, sudut pandang, pola pikir, dan tujuan hidup. Hanya akibat suatu kesalahan kita berusaha keras untuk bertahan. Padahal masing-masing tahu kita ini berbeda dunia. Semua jadi terkesan dipaksakan. Aku hanya berharap dan memendam perasaan saja. Mencoba mengemas hubungan ini terlihat baik, tapi tetap saja isi kemasannya berisi perasaan-perasaan busuk.

Hari demi hari aku hanya merasa menjadi orang jahat dalam hubungan ini. Tidak menjadi orang baik. 


Sebenarnya quote ini sudah merepresentasikan segalanya. Mungkin aku dikasih sesuatu yang baik tapi ternyata hal baik itu tidak menjadikan aku menjadi lebih baik. Aku justru semakin memble.

Pertengkaran hari ini membuat aku berpikir bahwa sebenarnya hubungan yang sedang aku jalani ini tidak sehat. Segala hal berbeda membuat yang satu menuntut harus "memahami" yang lainnya. Beberapa prinsip dalam hidup aku pun nampaknya dianggap sepele dan bukan menjadi hal penting, seperti janji yang harus ditepati, waktu yang terus berjalan sehingga harus bergerak cepat, dan kehidupan yang harus dimaknai dengan hal2 penuh makna. Sehingga aku hanya menuntut dan menuntut tapi enggak mendapatkan hasil apa-apa. 

Aku pun menyimpulkan ini hanya sebuah pelajaran bahwa beberapa hal yang kita harap dan kita inginkan tetu tidak akan bisa kita dapatkan dari orang lain. Mungkin harapan untuk menata masa depan pun belum twntu bisa didapatkan jika kita berubah menjadi orang yang tidak baik.

Berulang-ulang coba untuk diperbaiki tapi sering kali rasa hasilnya cuma kecewa. Jadi untuk apa.

Pertengkaran hari ini pula yang memberikan aku jawaban. Jawaban dari segala pertanyaan. Jawaban ini bukan berbentuk dugaan tapi berupa ucapan beribu makna yang menjawab keraguanku selama ini. Setidaknya ucapan tersebut tidak akan membuatku gamang untuk menjalani hari esok. Justru membuatku berpikir semakin jernih terhadap suatu realita kehidupan. Dan aku menerima dengan seksama jawaban tersebut.

Hal-hal berbau romantisme itu berbatas waktu. Terluapkan sewaktu-waktu dan teruapkan seiring berjalannya waktu. Hal romantis dan akhir bahagia dari suatu hubungan itu hanya ada di drama film televisi saja. Kalau di kehidupan nyata seperti ini janganlah berharap lebih.

Manusia memang boleh berencana, tapi keputusan tetap di tangan Tuhan. Aku hanya manusia yang tidak bisa memaksakan semuanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar